Labels

Tuesday 7 November 2017

Gerakan hijau Sahara Barat (المسيرة الخضراء

Rakyat maroko terkenal dengan kecintaannya yang sangat besar terhadap tanah airnya. Hal ini bisa kita jumpai dengan berbagai kesempatan, tempat dan perilaku sosial mereka setiap hari. Sebagai contoh, foto raja dan benderanya bisa didapatkan di berbagai toko,cafe, restoran , sekolah, kantor dan universitas. Yang mengherankan, selalu saja ada foto raja dengan berbagai pose yang berbeda.

Satu semboyan yang sangat terkenal adalah Allah, Al-Watan, Al-Malik. Satu frasa yang mempunyai arti Allah , Tanah air , Raja. Selain termaktub didalam undang-undang negara, dalam berbagai kota pun ada sebuah pahatan besar di atas gunung yang bertuliskan tiga hal tersebut. Sejauh yang saya ketahui, satu di Meknes, satu di Agadir, dan satunya lupa,hehe.

Dalam praktik sosial, ketiga unsur tersebut sangat dekat dengan orang-orang maroko. berjumpa raja misalnya. Hampir setiap moment yang berkenaan dengan kedatangan raja di suatu tempat, bisa dipastikan ada banyak orang maroko yang rela menunggu berjam-jam demi melihat rajanya dalam beberapa detik. Salut !

Bagian lain yang bisa menjelaskan adalah ketika doa setiap khutbah kedua shalat jum’at. Semua masjid di Maroko selalu berdoa memohon keselamatan dan kemakmuran kerajaan dan tanah air. Secara spesifik juga menyebut tentang doa kesehatan buat raja, pangeran dan keluarga kerajaan. Sebuah doa yang kasusnya mirip dengan doa khutbah dalam dinasti Umayyah, bedanya kalau waktu itu untuk menghina sayyidina Ali, kalau maroko untuk mendoakan kebaikan raja dan tanah airnya.

Selain doa, rasa cinta tanah air juga dibuktikan dengan berbagai aksi nyata. Sahara barat misalnya. Sebuah wilayah yang terletak dibagian selatan maroko dan semuanya bertanahkan pasir sahara. Waktu merdeka, wilayah selatan ini belumlah termasuk daerah maroko. wilayah ini masih merupakan koloni spanyol. Sebagai pengetahuan, wilayah maroko pada awalnya merupakan bekas jajahan prancis saja .

Dalam literatur teks sejarah, wilayah maghrib merupakan suatu wilayah yang sangat besar. Wilayah yang meliputi daerah Tunisia, Aljazair, Maroko sampai senegal. Wilayah yang pernah diduduki oleh dinasti Idrisiyah, Muwahhidin, Murabithin, sampai yang sekarang bernama dinasti Alawiyyin. Dan beberapa dinasti inilah yang tidak pernah masuk ke dalam wilayah Bani Abbasiyah di timur, bahkan membantu kembali tegaknya dinasti umayyah di Spanyol. Sebagai pengetahuan, pada tahun 1786 Dinasti Alawiyyin merupakan negara arab pertama yang mengakui Amerika Serikat. Tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Muhammad III.

Seiring berkembangnya zaman, dinasti alawiyyin semakin terpojok. Dinasti ini awalnya berpusat di Ibukota Fez. Wilayahnya sedikit demi sedikit hilang dikuasai oleh penjajah prancis, spanyol dan portugis. Koloni Prancis menguasai tunis, aljazair, dan wilayah dari Agadir – Tanger, koloni Spanyol menguasai Sebta dan Sahara barat, koloni portugis menguasai kota Eljadida dan sekitarnya. Akhirnya, wilayah yang dahulunya satu itu, dibagi seenaknya bak roti diiris-iris yang mau dimakan di pagi hari.

Maka dari itu, pada tanggal 5 November ‘75 Raja Maroko Hasan II khutbah menyerukan sebuah aksi hijau yang berbunyi “ besok insya allah kita akan masuk perbatasan, besok insya allah akan melaksanakan aksi hijau, besok insya allah kalian akan mendapatkan jatah tanah kalian, menyentuh debu yang termasuk dari tanah airmu, dan akan menjadi bagian dari tanah agungmu “.

Keesokan harinya, 6 November ‘75 ada sekitar 350.000 rakyat maroko dari kota Tarfaya masuk ke wilayah sahara barat. Masuk dengan membawa bendera maroko, ditambah bendera yang bertuliskan “kembalinya sahara ke maroko “ , foto raja dan alquran. Kurang lebih waktu itu ada sekitar 10 persennya adalah kalangan para wanita.

Dalam sebuah buku Otobiografi raja Hasan II -Kenangan Raja-, beliau menceritakan sebuah kedatangan wartawan Prancis Erick Loran tentang sahara barat. Si loran bertanya “ sampai kapan anda akan memberhentikan aksi hijau ini ??. sang raja menjawab “ sampai saat dimana saya mendapatkan keadaan terbaik dalam diplomasi tentang sahara barat, karena mengirim orang maroko sebanyak itu sangatlah sulit, tapi lebih sulit lagi adalah mendapatkan kepastian bahwa mereka akan kembali dengan teratur,tertib ketika mendapati suasana yang mencekam dan mereka sudah percaya tentang kemenangan setelahnya. dan keadaan itu akhirnya berhasil (menguasai sahara) ”.

Pada akhirnya, dalam sebuah konferensi di Madrid pada tanggal 14 November ’75 pihak Maroko, Mauritania, Spanyol menandatangani sebuah kesepakatan tentang pengembalian wilayah selatan tersebut ke maroko. kemudian nota kesepakatan tersebut diperkuat dengan adanya konferensi sahara maroko pada tanggal 26 Februari 1976 ,La-ayoune yang di saksikan oleh Mauritania, Spanyol dan United Nation PBB 
.
Casablanca
6 November 2017
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment