Labels

Wednesday 3 January 2018

Bersama Syech Salim Abdus Salam Syeikhi Libya

“ Saya takjub sama orang Indonesia, mereka kebanyakan teratur dan disiplin dalam hal waktu. terutama yang mengikuti pengajian saya di Wales dan Manchester- United Kingdom “. Begitulah ungkapan pertama yang keluar dari beliau ketika saya bersalaman sekaligus basa-basi sekedar mengakrabkan diri. Sebuah pendekatan dengan harapan siapa tahu nanti beliau berkenan membantu, mengoreksi dalam menyelesaikan thesis yang sedang dalam proses ini. 😊

Latar belakang beliau adalah lulusan arsitek yang kemudian pindah haluan mendalami ilmu syariah. Bagi orang arab, hal tersebut adalah sesuatu yang lumrah. Saya sendiri punya banyak teman waktu sarjana di Universitas Muhammad V dengan latar belakang sudah lulus Doktor Psikologi, Doktor arsitek, sampai dengan Dokter spesialis. Bahkan ada juga guru kami , Syech Said Kamali dulunya juga pernah lulus master bidang tourisme di Tanger. Tercatat, Dr. Salim Syeichi setelah arsitek beliau lulus sarjana syariah di UIM Madinah, Magister dan Doktorah di Omdurman Sudan. Salah satu gurunya di maroko adalah Syech Ahmad znati, Syech Jardi Tanger dll.

Dari segi keturunan, marga Assyaichi merupakan suatu marga asli orang Libya. Marga tersebut juga merujuk kepada keturunan Syech Abdussalam Al-Asmar. Seorang tokoh sufi dan faqih maliki kenamaan abad ke sepuluh yang nasabnya sambung sampai kepada sayyidina Hasan bin Ali RA.

Perjuangan hidup beliau berliku-liku. Pertama, sewaktu masih menjadi aktivis mahasiswa arsitek di Universitas Benghazi, beliau pernah di penjara selama dua tahun 1986-1988 atas tuduhan sebagai orangnya Ikhwanul Muslimin. Dan itu tidak terbukti. Namun, justru dalam penjara itulah beliau bisa menghafal al-Quran , membaca tafsir Baidhawi, Ibnu Katsir sampai khatam Ihya Ulumuddin-nya Imam Ghazali.

Kedua ,ketika memperjuangkan hak-hak sipil warga minoritas muslim di Inggris raya. Banyak hal yang beliau ceritakan kepada kami tentang sulitnya berjuang dalam muroja’ah / judicial review beberapa pasal dalam undang-undang inggris raya. Tentunya , beberapa pengalaman beliau inilah yang membuka mata bagi pemuda arab bahwa perjuangan islam zaman sekarang tidak lagi membawa senjata/bom, namun dengan pemikiran yang cerdas . pemikiran cerdas yang bisa memanfaatkan bingkai ‘ kesetaraan, sekulerisme ‘ dan bukan malahan hanyut didalamnya.

Bagi saya pribadi, pertemuan dengan beliau dalam daurah dua hari ini membuka wawasan dan ilmu baru tentang fiqh minoritas muslim dalam bingkai Maqashid Syariah. Setidaknya , pencerahan ilmu baru yang beliau gagas yaitu meng-arsiteki Ilmu Maqashid membuat Maqashid lebih mudah dicerna dan tidak sesulit memahami Muwafaqat-Imam Syatibi.

Casablanca
3 Januari 2018
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment