Labels

Sunday 1 October 2017

Imam Syatibi belum pernah Haji

Berangkat haji dan tidaknya seorang ulama merupakan hal yang tidak menjadi prioritas para akademisi. mengingat rukun islam yang terakhir ini tidak menambah kuatnya sebuah argumentasi. namun, entah kenapa tema ini menjadi ' seksi ' dibahas dalam kelas saya kemaren hari.

Perdebatan tersebut muncul ketika salah seorang teman kami mengatakan bahwa Imam syatibi telah mengutip ( lebih keras lagi -plagiat ) beberapa pemikiran Ibnu Taymiyyah dalam kitab Ushul Fiqh-nya. anehnya, beliau tidak satupun mengutip nama syaikhul islam dalam karangan fonumenalnya tersebut. padahal , sebagai seorang akademisi tentunya harus jujur dalam mengutip sebuah pemikiran beserta tokohnya.

Setelah melalui perdebatan panjang antar kawan-kawan arab ,kami menemukan sebuah perbedaan jarak yang jauh antara keduanya yaitu Imam Syatibi (w. 790 H) dan Ibnu Taymiyyah (w. 728 H). lantas para teman-teman pun ragu-ragu, apakah beliau pernah ke timur islam ??

Timur islam adalah sebuah sebutan kami para orang maghrib kepada daerah yang wilayahnya mulai mesir ke timur ( Mesir, Syam , Iraq, Saudi dan Yemen ).

melalui penelitian lebih lanjut, ternyata perjalanan ilmiah (rihlah ilmiah) Imam syatibi belum pernah keluar dari spanyol dan hanya mendalami ilmunya dari pusat keilmuan barat islam kala itu. Yaitu Granada dan Cordova. Beliau belum pernah ke negara negara timur islam ( Al Azhar atau Damaskus ),Mekkah dan Madinah. bahkan ke Maroko pun tidak ditemukan teks kitab yang mengatakannya. berangkat dari sini, kawan-kawan menyimpulkan berarti imam syatibi belum pernah haji.

Haji zaman dulu kala bagi para penuntut ilmu syariah merupakan suatu indikasi dimana ada kemungkinan para santri tersebut bertemu dengan ulama lain dari berbagai negara di Mekkah-Madinah dan menyerap ilmunya . mengambil ilmu dari zawiyah-zawiyah / halaqah halaqah yang tersebar sekitar masjidil haram . ya, pengembaraan santri adalah koentji !!

Apabila santri tersebut belum pernah menunaikan haji, kecil kemungkinan beliau bisa bertemu dengan ulama semasanya dan bisa menyambungkan sanad pemikiran kepada ulama tersebut.

Setelah itu, dosen kami menengahi bahwa memang imam syatibi tidak menyebutkan nama ibnu taymiyyah dalam kitabnya, namun bukan berarti beliau plagiat. Dari segi kronologi tahun dan guru-gurunya, beliau pernah berguru kepada Syech Abu Abdiilah Al Muqorri . dan dari gurunya inilah sanad keilmuan imam syatibi menyambung kepada ibnu taymiyyah. Kenapa ?? Sebab almuqorri pernah belajar dan bertatap muka langsung dengan Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah. Ibnu Qoyyim merupakan murid daripada ibnu taymiyyah yang mewarisi segala keilmuan beliau. Kurang lebihnya seperti ini, Ibnu taymiyyah (w 728 H) Ibnu Qoyyim (w 751) dan Imam Syatibi ( w. 790 H).

jadi, dari Imam almuqorri inilah sanad imam syatibi tersambung kepada ibnu taymiyyah. Adapun pemikiran ibnu taymiyyah yang tidak disebutkan secara jelas dalam kitab ushulnya, dosen saya ber-husnudhon bahwa imam syatibi takut salah dalam menyebut ulama timur islam yang dikutipnya, dan lebih berhati-hati. Maka dari itu, beliau tidak menyebutkan secara jelas dalam kitabnya.

Dan kasus ini bisa dipahami, ulama zaman dahulu terkadang ada yang menuntut ilmunya di daerahnya sendiri namun karyanya besar dan mendunia, ada juga ulama yang sudah berkelana kemana-kemana dengan menghasilkan karya yang fenomenal seperti Imam Syafii, Imam Bukhori dll. maka dari itu, tetaplah berkarya karena karya tidak memandang asal , tapi dia hanya memandang isi.
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment