Labels

Thursday 10 August 2017

Pembakaran kitab Ihya Ulumuddin Dinasti Murabitin (Spanyol-Maroko)


Tindakan membakar buku-buku pemikiran merupakan lagu lama. lagu lama yang terus menerus diputar oleh penguasa dahulu demi mempertahankan merdunya kekuasaan. padahal , tindakan membakar dan melarang buku pemikiran merupakan kejahatan yang sangat fatal dan tidak segaris dengan wacana " mencerdaskan anak bangsa".

kasus pembakaran sering terjadi sejak zaman dahulu sampai sekarang. untuk yang terakhir, kita mengetahui banyak buku-buku karya ulama tertentu dilarang beredar dalam suatu tempat. motif utama dan yang paling kuat adalah politik. contoh kasus yang teraktual adalah pelarangan beredarnya buku karya Dr. Qardhawi di Arab Saudi. atau pembakaran buku -buku "kiri" di Indonesia.

Untuk kasus zaman dahulu adalah pembakaran kitab ihya ulumuddin karya Imam Ghazali. perintah pembakaran ini terjadi pada masa dinasti Murabitin ( Spanyol- Maroko ) pada masa raja Yusuf bin Ali tepatnya pada tahun 503 H . perintah ini hadir akibat ketakutan-ketakutan isi buku yang bisa bereaksi dengan membangkitkan ancaman terhadap kesatuan akidah dan madzhab negara. maka dari itu, Mufti Cordoba Muhammad bin Ali Hamdin mengeluarkan fatwa untuk mengumpulkan karya Imam Ghazali dan membakarnya saat itu juga. karena ini menyangkut pertahanan negara dari ancaman arus pemikiran timur islam.

Entah karena Al-Ghazali bermadzhab Sunni, Syafii, Asyari sedangkan saat itu asas resmi negara adalah maliki. atau seperti ketakutan karena orang yang membawa kitab ihya ke barat islam adalah Ibnu Arabi Al Maafiri ( tasawuf falsafi ). masih buram.

Berbagai reaksi bermunculan dalam negeri, ada yang pro dan kontra. bagi ulama yang kontra tentunya mendapatkan hadiah berupa panggilan dan siksaan. sungguh tragis. padahal , ketakutan - ketakutan itu sama sekali tidak terbuktikan secara jelas.

Bahkan, dinasti yang menguasai magrib Aqsha beserta sebagian besar Spanyol ini pun akhirnya runtuh dan tergantikan dengan dinasti muwahhidin. mereka runtuh entah kualat membakar atau memang tidak bisa bertahan dari pemberontakan dalam negeri. dinasti yang baru berdiri ini pun akhirnya menghidupkan kembali pengajian ihya ulumuddin didalam negeri muwahhidin . mulai dari Ibnu Roumamah (Cadi Fez) yang mengkajinya kembali di mesjid - mesjid Fez pada tahun 567 H. dan Muhammad bin Ismail Al-Harawi (w. 581H) yang hanya mengajarkan dzikir-dzikir dalam kitab Ihya Ulumuddin .

Namun, dinasti baru yang bermadzhab ini pun mempunyai suatu ketakutan-ketakutan baru. dan memerintahkan untuk membakar kitab-kitab furu' malikiyah dan menggantikannya dengan kembali kepada kitab hadits. kemudian , membuat Muwatta' baru Imam Malik dengan perubahan dan menyebarkannya ke dalam masyarakat. kenapa ? karena negara baru ini berasaskan madzhab Dhahiri. suatu madzhab yang bersandar dengan teks-teks alquran dan hadits-hadits . kejadian ini terekam sejarah pada zaman raja Abdul Mu'min bin Ali pada tahun 524 H .

Akhir kata, kebencian serta ketakutan penguasa tetaplah ada dan ber-tabiat menekan dengan mereka yang tidak sepaham dengannya. perang antar ideologi akan terus menerus mencari pengikutnya selama manusia masih berpikir, entah itu ideologi dhahiri-maliki, kapitalisme-komunisme , idealis-empiris atau yang lain.

Bukankah madzhab imam auza'i dan allaitsi tidak bisa eksis sampai sekarang karena mereka tidak pernah dipeluk penguasa ??

jangan jangan hanya pikiran nakalku saja. ala kullin.....politik dan ideologi akan saling terkait. selamat malam !

Casablanca , 27 Agustus 2017
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment