Labels

Sunday 19 October 2014

Fatima Mernissi tentang Feminisme perempuan



Fatima Mernissi suatu nama yang tidak asing bagi kalian yang senang dengan pemikiran emansipasi wanita. Terlebih bagi wanita yang merasa bahwasanya mereka itu selalu dinomor duakan dalam status beragama. Walaupun dalam pandangan saya sekarang ini,wanita dalam agama saya Islam justru mereka sangat dijaga dan dihormati bukan semena-mena di kungkung dan dinomor duakan seperti dalam persepsi pemikir asal maroko yang satu ini. 

Namanya cukup terkenal dalam dunia barat dan timur terkhusus Indonesia dalam hal pemikirannya yang agak nyleneh. Walaupun mungkin dikatakan nyleneh,tapi saya suka dan sangat terbuka jika ingin membahasnya. Maka dari itu, dalam cermin kali ini saya ingin membahas khusus tentang beliau.

Setelah kucari-cari berita tentang beliau,ternyata beliau dahulunya termasuk dosen yang mengajar di Universitas saya, Universitas Muhammad 5, Rabat. Dan waktu s1-nya beliau juga belajar di Universitas ini. Yang kemudian pada akhirnya beliau meneruskan sampai jenjang doktornya di bidang Sosiologi di Amerika serikat dan lulus pada tahun 1973 M.


Mernissi lahir di kota Ilmu Maroko ,yaitu kota Fez pada tahun 1940 M. kota yang sekitar 200Km dari Ibukota Kerajaan Maroko,  Rabat. Beliau lahir  dalam lingkungan harem, dan menghadapi dua kultur keluarga yang berbeda, yaitu lingkungan keluarga ayahnya di kota Fez, harem disimbolkan dengan dinding-dinding yang tinggi. Sementara dari keluarga ibunya, yaitu rumah neneknya Lalla Yasmina, yang berada jauh dari perkotaan, harem diwujudkan dalam bentuk rumah yang dikelilingi oleh kebun yang luas. Di rumah neneknya ini, Mernissi mendapat pengalaman berharga tentang kesetaraan sesama manusia, arti keterkungkungan dalan harem, serta hubungan sebab akibat antara kekalahan politik yang dialami kaum Muslim dengan keterpurukan yang dialami perempuan.

Kendati Mernissi lahir dalam sebuah harem, akan tetapi ia tergolong beruntung masih bisa mendapatkan pendidikan. Hal ini kontra dengan para wanita dalam harem yang lebih senior darinya, mereka tidak bisa mendapatkan pendidikan. Mernissi lahir di saat Maroko sedang dikuasai oleh kaum nasionalis yang sedang berupaya untuk memberikan pendidikan yang setara bagi laki-laki dan wanita dan berjanji untuk menghapuskan poligami serta mengangkat status wanita menjadi setara dengan laki-laki.

Karya-karya Mernissi memang sarat dengan gugatan yang bersumber dari pengalaman pribadinya. Ia pun dengan rajin meriset apa pun yang mengganggu paham keberagamaannya. Pelacakannya terhadap nash-nash suci Quran dan hadis membuat kritik Mernissi begitu terasa tajam. Ia misalnya, melacak perawi hadits sampai tingkat yang terkecil, dan meneliti riwayat hidup perawi tersebut, dan membongkar kecacatan hadits itu. Baginya, amat mustahil Rasullulah Muhammad sampai memosisikan perempuan dalam kedudukan yang serendah itu.

Sebagai missal yang di tulis oleh Imam Bukhori dalam kitab haditsnya menyebutkan, hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah yang berbunyi : ‘’ Barang siapa menyerahkan urusan pada wanita, maka mereka tidak akan mendapat kemakmuran’’ atau dalam bahasa arabnya berbunyi begini :

لن يفلح قوم لو امرهم بالنساء

Padahal kalau ditilik dari asbabun nuzul hadits tersebut adalah ketika Rasulullah bertanya kepada Abu Bakrah tentang kepemimpinan orang Persia setelah ditinggal kaisarnya yang berbunyi ‘’ Siapakah yang telah menggantikannya sebagai pemimpin?’’. Jawab Abu Bakrah : “ Mereka menyerahkan kekuasaan kepada putrinya” . Lalu Rasulullah mengucapkan Hadits tersebut.

Menurut Fatima Mernissi beliau menyayangkan terhadap Abu Bakrah ketika Hadits ini kembali di kemukakan kepada Sayyidatina Aisyah RA ketika perang Jamal. Dalam hal ini, Imam Ibnu Hajr Alasqalani meriwayatkan , ketika Abu Bakrah dihubungi oleh Sy. Aisyah ,secara terbuka ia menyatakan sikap menentang fitnah. Abu Bakrah menjawab : ‘’ Memang benar anda Umi kami, dan benar kedudukan anda melebihi kami, tetapi saya mendengar Rasulullah bersabda : (seperti dalam hadits). Mernissi melakukan kritik hebat terhadap rijal hadits ini,yaitu Abu Bakrah dengan mengemukakan pendapatnya kira-kira begini :


  1. Abu Bakrah semula adalah budak yang dimerdekakan saat bergabung dengan kaum Muslimin. Oleh karena itu sulit dilacak silsilahnya. Dalam tradisi aristokrasi Arab, apabila seseorang tidak memiliki silsilah jelas, maka dia tidak di akui. Bahkan, Imam Ahmad yang serius dalam bidang “Jarh watta3dil “ (menelusuri rekam jejak periwayat Hadits Nabi) mengabaikan tentang Abu Bakrah ini.



  1. 2.       Abû Bakrah pernah dikenai hukuman qadzaf, karena tidak dapat membuktikan atas tuduhan zinanya yang dilakukan oleh al-Mughirah ibn Syu’bah beserta saksi lainnya, pada masa khalîfah Umar Ibn Khaththâb. Padahal dalam hal ini termasuk kebohongan yang telah dilakukannya.



  1. 3.       Dari konteks historis, Abu Bakrah mengingat hadits tersebut ketika Aisyah mengalami kekalahan dalam perang Jamal yaitu ketika melawan Ali Bin Abu thalib. Pada sikap awal,beliau netral dalam peperangan ini. Lantas kenapa setelahnya beliau mengungkapkan hadits ini,seakan tambah menyudutkan posisi Sy. Aisyah RA.

Berdasarkan kesimpulan dan Jarh Wata3dil tersebut diatas, Mernissi mengunkapkan bahwa meskipun hadits ini termuat dalam shohih Bukhori, namun masih diperdebatkan oleh para fuqaha. Menurutnya, Hadits tersebut dijadikan argumentasi untuk menggusru kaum wanita dalam proses pengambilan keputusan. Dengan mengatakan tak cukup alas an untuk merampas kemampuan wanita dalam pengambilan keputusan dan tidak ada alas an untuk melakukan pembenaran atau pengucilan mereka dari kegiatan politik.

Nah, walaupun begitu mengena dan mungkin benar dalam pendapat ini, saya sendiri kalau melihat kondisi sekarang yangmana didalam negaraku Indonesia ada seorang pemimpin wanita bernama Megawati Soekarno putri. Beliau merupakan wanita yang pernah jadi presiden Indonesia,tapi apa yang dicapai dalam pemerintahannya?. Belum lagi kegagalan lobi-melobinya dengan partai lawan didalam parlemen dan keegoisaannya. Maka yang dirasakan sekarang Indonesia adalah, Presiden bernama Jokowi yang berasal dari Partainya. Namun , pemerintahan dalam hal ini ,MPR dan DPR dikuasai oleh orang lain. Sekali lagi, cewek itu tetap banyak perasaannya daripada akal seperti laki-laki.

Seaakan –akan Presiden itu bisa jadi tersendat dalam program2nya jika di stop DPR.  Tapi kita berharap semua,semoga dengan dilantiknya bapak Joko Widodo besok menjadi Indonesia yang adil dan Makmur.

19 Oktober 2014
Rabat
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment