Labels

Friday 11 July 2014

Maulidan di Agadir,Maroko



22 Januari 2013 


Siang itu adalah siang yang sangat cerah bagiku. Ku tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata karena aku memang bukanlah seorang puitis. Puitis yang bisa merangkai kata yang asalnya biasa menjadi sihir bagi orang yang membacanya. Maka dari itu , di sini saya hanya menulis untaian kata yang mungkin di benak para pembaca hanyalah cerita namun cerita ini juga sangat berkesan ( tentunya bagi saya ).

Berawal dari Fesbukan di laptop kesayangan saya. Saya dikasih tahu sama ustad AA mengenai pemberangkatannya ke Agadir untuk maulid. Sontak saya langsung mengiyakan tanpa memandang berapa uang didalam gocekan saya. Sebenarnya agak berani si memang , bahkan bisa dibilang ini adalah langkah nekadku yang pertama kali sejak aku pergi ke luar negeri. Aku tahu bahwasanya uang yang berada di dompetku sekarang ini tidak cukup untuk melakukan perjalanan jauh. Namun saya tetap bersikeras melawan hati diri sendiri untuk mengikutinya. Mengingat ini adalah momen pertama kali aku akan Maulidan di Luar negeri.

Aku bingung dengan diam beribu bahasa. Aku yang tidur dibagian rumahku yang tengah terasa hambar. Se-siang-an jalan kesono kemari hanya untuk memikirkan uang. Yaaa.. uang itu penting demi tereksekusinya perjalanan ini. Akhirnya perasaan ini bisa terobati ketika bapak ZA (Seorang Doktor yang sedang melakukan penelitian di Maroko selam 3 Bulan ) bertanya kepada saya ,tentang apa yang terjadi kepadamu? .  beliau mengetahui apa yang di benak saya dan mengasih saya uang sebesar 100 DH. Bagiku sangat berarti dan bukan lumayan saja demi terjalannya acara yang saya sangat sukai selama hidup saya. Momentum yang sangat vital dan krusial mengingat ini adalah kelahiran manusia sempurna yang diangkat sebagai Nabi akhir zaman. Tentu, tidak lain tidak bukan beliau Baginda Nabi Muhammad SAW.

(Kereta Maroko)



Setelah itu saya mantap dan bersiap-siap berangkat ke Casablanca tempat Ustad AA itu tinggal.
Rumahnya tak begitu jauh dari rumah saya, cukup naik kereta 15 Dh dari kota Mohammadea akan mengantarkan saya ke Casa Voyaguers.
 Setelah sampai di Casa Voyageurs saya naik taxi menuju kawasan Universitas Hassan II Ain chock. Tidak begitu jauh, lagipula waktu itu juga malah bersama mas M yang juga kuliah master di Universitas tersebut. Jadi tidak begitu ribet saya telpon ustad AA itu bolak-balik. 

Walhasil sampailah saya dirumah beliau. Dengan menaruh rasa hormat saya masuk dengan mengucapkan salami slam dan disapa oleh seorang pemuda yang gagah bernama ikal. Ikal adalah seorang pelajar Malaysia yang tinggal sama ustad AA ini. Dan kebetulan waktu saya ke rumahnya beliau ini, beliau baru kuliah master di kampusnya. Saya pun akhirnya ngobrol sana sini pakai bahasa melayu dengan sepatah dua patah yang kadang tidak paham. Hehe

Percakapan antara dua insane ini pun sangat akrab seakan-akan sudah kenal lama. Padahal kalau di tilik dari waktu dan tempat bertemu, kita belum mengenal satu sama lain sebelumnya. Gak tahu basa-basi apa yang saya ucapkan waktu itu sehingga saya terasa sangat akrab sama dia. Dia bercerita tentang keinginannya untuk belajar di pondok salaf nomer wahid di tanah Indonesia “Lirboyo”, bahasa jawa dll. 

Kemudian tak lama berselang, istri ustad AA keluar dari kamar beliau dan menyapa kami. Dengan anaknya yang super imut dan cantik walaupun masih kecil itu. Namanya sangat mudah di inget, dedek Aurelia . 

Tak terasa adzan magrib pun berkumandang di daerah Ain-Chock Casablanca ini. Dan kebetulan diwaktu yang sama , Ustad AA pulang dari kuliah Masternya. Kami pun bergegas mau sholat magrib sekaligus siap-siap berangkat ke Agadir. Rencananya kita pergi ke Agadir bertiga saja, saya Fakih, mas daus ,dan Ustad AA ( selanjutnya saya panggil kang AA ,mengingat beliau juga suka bahasa jawa ). Segala persiapan pun terlaksana dan kita keluar rumah sambil pamitan kepada mas ikal yang baru saya kenal tadi. 

Keluarlah kami bertiga langsung mengambil taksi dari depan rumah menuju Terminal Bis Casablanca.
 Dari rumah Ain –chock ke terminal ini diperlukan kira-kira 26Dh. Perlu dicatat bagi pembaca semua, terminal Casablanca ini termasuk terminal yang sibuk di negeri maroko ini. Bahkan kalau saya boleh bilang ini adalah terminal yang tersibuk yang pernah saya kunjungi di Negara ini. Waktu saya di Rabat, luasnya pun tidak sama dengan yang di Casablanca. Apalagi kapasitas bisnya, semuanya waktu saya berkunjung kesini hamper memenuhi lapangan terminal. Yaaa… mungkin agak over si ngomongnya,tapi inilah kenyataan.

Tepat pada pukul 20:00 GMT saya sampai di terminal tersebut. Dan  kita langsung mencari tiket ke Agadir. Kami tidak ingin ada calo-calo yang sudah tak merasa berdosa itu mengambil keuntungan dari kami. Maka dari itu kita semua langsung mencari orang yang menjual tiket bis langsung dari pihak bisnya itu sendiri. Pertama karena calo kadang itu tidak bertanggung jawab karena kadang dari mereka mengasih semacam tiket namun akhirnya ditinggal pergi dengan uang yang kita bayar tadi. Pertimbangan yang kedua yaitu calo biasa menaikkan harga tiket yang biasanya segini menjadi segono .hehe

Penawaran alot pun terjadi. Satu pihak yang berupa kita ingin harga itu dapat semurah-murahnya. Ya maklumlah, masak sebagai pelajar kita tidak kritis dalam hal penawaran,diplomasi? . apa guna kita belajar ekonomis kalau ilmunya itu tidak dipraktekan. Apa guna kita belajar diplomasi kalau hal yang terkecil berupa hal tawar-menawar kita diam menerima “iya” tanpa ada pertentangan? Apa guna kita belajar diplomasi? Hehe 

Pada akhirnya harga tiket yang kami dapat adalah 150Dh . tiket yang mengandung kemashlahatan perjalanan kita dari Casablanca, karena bila tiket itu hilang saja didalam tas dan tidak menemukannya kembali. Maka jangan harap hatimu akan tenang selama perjalanan.

Alhamdulillah perjalanan antara Casablanca ke Agadir lancer tanpa halangan suatu apapun. Kita semua sampai di Inzgan,Agadir tanggal 23 Januari 2013 tepat pada pukul 04:00 pagi.
Cerita bersambung ke Part II …..

Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment