22 Januari
2013
Siang itu
adalah siang yang sangat cerah bagiku. Ku tak bisa mengungkapkan dengan
kata-kata karena aku memang bukanlah seorang puitis. Puitis yang bisa merangkai
kata yang asalnya biasa menjadi sihir bagi orang yang membacanya. Maka dari itu
, di sini saya hanya menulis untaian kata yang mungkin di benak para pembaca hanyalah
cerita namun cerita ini juga sangat berkesan ( tentunya bagi saya ).
Berawal dari
Fesbukan di laptop kesayangan saya. Saya dikasih tahu sama ustad AA mengenai
pemberangkatannya ke Agadir untuk maulid. Sontak saya langsung mengiyakan tanpa
memandang berapa uang didalam gocekan saya. Sebenarnya agak berani si memang ,
bahkan bisa dibilang ini adalah langkah nekadku yang pertama kali sejak aku
pergi ke luar negeri. Aku tahu bahwasanya uang yang berada di dompetku sekarang
ini tidak cukup untuk melakukan perjalanan jauh. Namun saya tetap bersikeras
melawan hati diri sendiri untuk mengikutinya. Mengingat ini adalah momen
pertama kali aku akan Maulidan di Luar negeri.
Aku bingung
dengan diam beribu bahasa. Aku yang tidur dibagian rumahku yang tengah terasa
hambar. Se-siang-an jalan kesono kemari hanya untuk memikirkan uang. Yaaa..
uang itu penting demi tereksekusinya perjalanan ini. Akhirnya perasaan ini bisa
terobati ketika bapak ZA (Seorang Doktor yang sedang melakukan penelitian di
Maroko selam 3 Bulan ) bertanya kepada saya ,tentang apa yang terjadi kepadamu?
. beliau mengetahui apa yang di benak
saya dan mengasih saya uang sebesar 100 DH. Bagiku sangat berarti dan bukan
lumayan saja demi terjalannya acara yang saya sangat sukai selama hidup saya.
Momentum yang sangat vital dan krusial mengingat ini adalah kelahiran manusia
sempurna yang diangkat sebagai Nabi akhir zaman. Tentu, tidak lain tidak bukan beliau
Baginda Nabi Muhammad SAW.
(Kereta Maroko)
Rumahnya tak begitu jauh dari rumah saya, cukup naik kereta 15 Dh dari kota Mohammadea akan mengantarkan saya ke Casa Voyaguers.
Setelah sampai di
Casa Voyageurs saya naik taxi menuju kawasan Universitas Hassan II Ain chock.
Tidak begitu jauh, lagipula waktu itu juga malah bersama mas M yang juga kuliah
master di Universitas tersebut. Jadi tidak begitu ribet saya telpon ustad AA itu
bolak-balik.
Walhasil
sampailah saya dirumah beliau. Dengan menaruh rasa hormat saya masuk dengan
mengucapkan salami slam dan disapa oleh seorang pemuda yang gagah bernama ikal.
Ikal adalah seorang pelajar Malaysia yang tinggal sama ustad AA ini. Dan kebetulan
waktu saya ke rumahnya beliau ini, beliau baru kuliah master di kampusnya. Saya
pun akhirnya ngobrol sana sini pakai bahasa melayu dengan sepatah dua patah
yang kadang tidak paham. Hehe
Percakapan antara dua insane ini pun sangat akrab
seakan-akan sudah kenal lama. Padahal kalau di tilik dari waktu dan tempat
bertemu, kita belum mengenal satu sama lain sebelumnya. Gak tahu basa-basi apa
yang saya ucapkan waktu itu sehingga saya terasa sangat akrab sama dia. Dia
bercerita tentang keinginannya untuk belajar di pondok salaf nomer wahid di
tanah Indonesia “Lirboyo”, bahasa jawa dll.
Kemudian tak lama berselang, istri ustad AA keluar dari
kamar beliau dan menyapa kami. Dengan anaknya yang super imut dan cantik
walaupun masih kecil itu. Namanya sangat mudah di inget, dedek Aurelia .
Tak terasa adzan magrib pun berkumandang di daerah
Ain-Chock Casablanca ini. Dan kebetulan diwaktu yang sama , Ustad AA pulang dari kuliah Masternya.
Kami pun bergegas mau sholat magrib sekaligus siap-siap berangkat ke Agadir.
Rencananya kita pergi ke Agadir bertiga saja, saya Fakih, mas daus ,dan Ustad
AA ( selanjutnya saya panggil kang AA ,mengingat beliau juga suka bahasa jawa
). Segala persiapan pun terlaksana dan kita keluar rumah sambil pamitan kepada
mas ikal yang baru saya kenal tadi.
Keluarlah
kami bertiga langsung mengambil taksi dari depan rumah menuju Terminal Bis
Casablanca.
Dari rumah Ain –chock ke terminal ini diperlukan
kira-kira 26Dh. Perlu
dicatat bagi pembaca semua, terminal Casablanca ini termasuk terminal yang
sibuk di negeri maroko ini. Bahkan kalau saya boleh bilang ini adalah terminal
yang tersibuk yang pernah saya kunjungi di Negara ini. Waktu saya di Rabat,
luasnya pun tidak sama dengan yang di Casablanca. Apalagi kapasitas bisnya,
semuanya waktu saya berkunjung kesini hamper memenuhi lapangan terminal. Yaaa…
mungkin agak over si ngomongnya,tapi inilah kenyataan.
Tepat pada
pukul 20:00 GMT saya sampai di terminal tersebut. Dan kita langsung mencari tiket ke Agadir. Kami
tidak ingin ada calo-calo yang sudah tak merasa berdosa itu mengambil
keuntungan dari kami. Maka dari itu kita semua langsung mencari orang yang
menjual tiket bis langsung dari pihak bisnya itu sendiri. Pertama karena calo
kadang itu tidak bertanggung jawab karena kadang dari mereka mengasih semacam
tiket namun akhirnya ditinggal pergi dengan uang yang kita bayar tadi.
Pertimbangan yang kedua yaitu calo biasa menaikkan harga tiket yang biasanya
segini menjadi segono .hehe
Penawaran
alot pun terjadi. Satu pihak yang berupa kita ingin harga itu dapat
semurah-murahnya. Ya maklumlah, masak sebagai pelajar kita tidak kritis dalam
hal penawaran,diplomasi? . apa guna kita belajar ekonomis kalau ilmunya itu
tidak dipraktekan. Apa guna kita belajar diplomasi kalau hal yang terkecil berupa
hal tawar-menawar kita diam menerima “iya” tanpa ada pertentangan? Apa guna
kita belajar diplomasi? Hehe
Pada
akhirnya harga tiket yang kami dapat adalah 150Dh . tiket yang mengandung
kemashlahatan perjalanan kita dari Casablanca, karena bila tiket itu hilang
saja didalam tas dan tidak menemukannya kembali. Maka jangan harap hatimu akan
tenang selama perjalanan.
Alhamdulillah
perjalanan antara Casablanca ke Agadir lancer tanpa halangan suatu apapun. Kita
semua sampai di Inzgan,Agadir tanggal 23 Januari 2013 tepat pada pukul 04:00
pagi.
Cerita
bersambung ke Part II …..