Part 1
Semua pasti tau siapa itu ibu. Seorang yang merawat kita
dari kecil sampai sebesar ini pasti tidak luput apa yang disebut campur tangan
kasih-sayangnya. Dia pahlawan kehidupan ini,dalam malam keheningan kita selalu
merengek minta sesuatu dan dia pun yang melayaninya. Tidak ada rasa pamrih
dalam ketika itu,malah adanya adalah supaya kita bisa tidur nyenyak kembali
seperti semula. Kita waktu itu tidak tau,kita selalu menggangu dia,kita selalu
mengompoli di sampingnya,kita selalu merengek minta asinya. Ibu dengan tulus
membelai kita dengan kasih kelembutannya. Maka tak heran jikala ada firman dari
Allah SWT di dalam qur’an yang berbunyi :
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْراً حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً
قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik
kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya
adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai
empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri
ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan
supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan
kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku
bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah
diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)
Dari sini kita mendapatkan kesimpulan bahwa kita dahulunya
dari sebelum lahir sampai ketika masih meneteknya sangatlah memberatkan ibu.
Beliau sangat lemah sebenarnya ketika masih mengandung kita,badan dengan
perutnya yang segede itu membuatnya merasa tidak selalu enak waktu tidur.
Beliau tidak bisa tengkurap karena ada kita, akankah kita terus
mendurhakainya ?
Belum lagi dari sisi lain ketika kita mau keluar dari
rahimnya , dalam ibarat jawa diterangkan sampai medot nyowo atau
perjuangan hidup dan mati. Dan setelah keletihan itu kita menyusuinya tanpa
rasa berdossa selama setahun. Semua orang dizaman instan nan millenium ini
jikala sudah jatuh tertimpa tangga pastilah sangat emosi dan marah. Tapi apakah
ibu kita begitu ? segala sesuatu sudah berlalu,akankah kita mendurhakainya ?
Begitu
pentingnya peran ibu dalam hidup kita ini. Tak dapat kita balas jasa-jasanya
masa lalu itu. walaupun sedikit ,tetaplah kita harus selalu mencoba
membalasnya. Dan pembalasan itu walaupun tidak berarti baginya mungkin esok
hari bisa menjadikannya tersenyum melihat anaknya yang berbakti itu.
Disini saya
hadirkan sedikit cerita tentang beasiswa anak desa hadipolo tentang barokahnya
doa ibu kepada anaknya tersebut. Walau terkesan pamer dan lain sebagainya
seperti anggapan pembaca,namun inilah memang kejiadian nyata yang dialami
penulis ketika itu. ketika merawat ibunya. Dan perlu di garis bawahi disini,
bukannya riya’ atau bagaimana tapi ini adalah tahadduts binni’mah akan nikmat
bisa merawat ibunya sebulan lebih sedikit sebelum beliaunya meninggalkan
penulis ini. Semoga membawa manfaat bagi pembaca dan semuanya . aamin
Bulan mei
2012 ketika itu adalah bulan setelah ujian nasional. Bulan yang bisa dibilang
lega walaupun ada juga sedikit ujian local madrasah yang harus kulampui. Tapi
semua itu kulalui dengan enjoy saja. Tanpa ada rasa sesal ataupun lelah ketika
waktu diperbuat begitu sempitnya oleh pelajaran agama dan pelajaran umum yang
diujikan bersamaan. Malah yang begitu berat yaitu ketika di suruh yai untuk
nge-hafalin alqur’an minimal 2 juz untuk ikut tes seleksi mesir. Dalam satu
sisi saya ingin menuruti permintaan kyai saya tersebut,tapi disisi lain saya
kalau menghafal karena “kerono luar negeri” serasa besok di kemudian
hari tidak akan bermanfaat hafalan itu. karena hafalan yang tidak ikhlas
akhirnya pun tertindas.
Setelah
berpikir panjang dan alot di fikiran saya, saya memutuskan untuk menghafal
alqur’an setapak demi setapak. Inipun akibat curhatan saya kepada nenekku
dirumah,beliau dhawuh (berkata) begini :” kau ikuti saja apa perkataan dari
kyaimu, semua yang dibicarakan oleh beliau kamu catat dipinggir kertas,dan
ketika kamu di dhawuhi kyai tentang apa,langsung kerjakan secepatnya tanpa
menunggu temanmu yang malas ,mengenai kamu dalam menghafal alqur’an saya
sarankan kamu niat untuk melanyahkan saja,jangan niat menghafal ,karena
menghafal kalau lupa dosanya besar ,kau sudah tahulah wong kamu sudah aku
sekolahin di qudsiyyah tentang haditsnya ”
Sejenak
kehidupanku dahulu,aku hidup di pedesaan yang jauh dari kota. Desaku bisa dibilang makmur karena
semua orangnya ramah nan agamis. Semua orang selalu bergotong-royong dalam
menciptakan keamanan warganya. Jaga malam dihiasi dengan jumputan atau ngasih
Rp. 200,- di kotak depan rumah demi membayar yang jaga malam itu. belum lagi
ketika menyongsong hari raya besar islam, semuanya ada yang bagian bawa kardus
nasi ke masjid,ada yang menciptakan lomba-lomba anak kecil.,ada yang iuran buat
acaranya. Semuanya bersatu alhamdulillah.
Di dalam
dukuh yang begitu agamis,sedikit banyak menuntut saya untuk berfikir agamis
juga dalam menghadapi hidup ini. Saat dilanda musibah kita harus introspeksi
diri,apakah salahku kepada-Nya sehingga aku bisa mengenal musibah ini?.
Begitupula ketika kebahagiaaan datang menyapa,ibu saya selalu menekankan apa
yang dinamakan bersyukur,karena dalam keadaan bersyukur itulah sebenarnya
pembalasan makhluk kepada sang kholik. Walaupun terkadang juga kita bersyukur
karena ingin mendapatkan yang lebih lagi.
Ibuku tidak
pernah menyuruh saya tahajud, tidak pernah menyuruh saya dermawan kepada orang
lain,tidak pernah menyuruh berburuk sangka, tapi beliau almarhumah selalu
mempraktekan sendiri dalam kegelapan malam apa yang disebut sholat malam itu.
kebiasaan ibu ketika sebelum sakit parah melandanya adalah sholat tahajud di halaman
rumah,di teruskan dengan wiridan diteras tamu. Sehingga pernah saya yang waktu
itu tidur di ruang tamu takut melihat pintu terbuka malam-malam dan putih-putih
di sofa,malah beliau menyapa,ada apa kog bangun zis?
Aku bilang aku mimpi buruk bu,aku dilanda mimpi sama gendruo
dan berdarah. Ibu bilang dengan santainya , tenang saja zis, dalam ilmu
tafsir mimpi ,ketika mimpi dengan melihat darah atau hantu maka kau akan
mendapatkan harta besok. Beliau begitu halus,kasih sayang, dalam merawat
anak-anaknya,sampai sekarang saya agak sedikit tahu tentang tafsir mimpi adalah
dari didikan beliau.
Dan yang kedua adalah dalam kedermawanan beliau ketika
pertama membangun rumahku itu. beliau meletakkan sumur di bagian depan rumah
dan dengan ruangan khusus dengan pintu dan segala tempat untuk mandi. Dan ini
adalah hal yang aneh di dalam kampungku,soalnya kebiasaan orang kampung adalah
menaruh sumur di dalam rumahnya biar tampak cantik nan elegan. Tapi kata beliau,
sumur ini buat para petani yang mau minum zis, atau yang ingin mandi ,tetangga
mencuci, biar airnya bisa berkah buat kehidupan kita. من خدم خدم orang yang membantu besok akan di Bantu.
Point ketiga tentang berburuk sangka, inilah point yang di
tekankan beliau padaku. Karena berkehidupan tetangga di desa kadang bentrok
ngomong dengan tetangga sendiri masalah yang sepele. Bolehlah kita ditumpangi
jemuran pakaian tetangga , tapi janganlah berburuk sangka tetangga kita
mengotori rumah kita dengan jemuran itu. Ada juga tentang sampah daun,ini juga
yang beliau tekankan untuk selalu di bersihkan. Mulai dari depan rumah sampai
belakang rumah ,harus di bersihkan 2kali sehari. Sehingga kakak saya itulah yang paling
rajin,dan saya orangnya paling agak rajin jika dibanding kakak. Jika pekerjaan
ini tidak ada yang ngerjakan,maka tak segan-segan ibu melakukan sendiri
walaupun dia sakit parah. النظافة من الايمان kebersihan itu adalah
sebagian dari iman.
Kembali ketopik
awal lagi,kenapa aku curhatnya ke nenek waktu bulan ini. Itu karena ibu sedang
menjalani pemeriksaan kemotherapy dalam penyakit kangker yang diidami beliau. Sedikit
pengetahuan tentang therapy kemo,therapy ini adalah terapi yang dilakukan jika
masih memungkinkan untuk membunuh penyakit itu tanpa memalui operasi. Dan harganya
katanya mencapai 25jutaan per kemo. Terapi ini begitu ganas ,sampai rambut ibu
yang semula hitam pekat semuanya menjadi rontok gundul habis seperti pria. Kata
dokter semarang ,terapi ini jika sudah dilakukan 3x belumlah sembuh,maka kami
angkat tangan pak, karena sel-sel darah baik hitam maupun merah dan
tulang-tulang sebenarnya sudah keropos. Begitu ngeri , tapi ibu yang sudah
sejak 2001 berjuang melawan penyakit tidak gentar akan itu. Beliau berpikir
kalau itu memang jadi obat kesembuhan saya,maka saya lakukan,kalau tidak ya
sudah,memang ini takdir saya.
Sebulan lamanya
ibu disana, aku waktu pulang kerumah dari pondok kutak dapati seorangpun di
rumah sana. Hanya
nenek yang merawat adik kecilku. Bapak saya menjaga ibu di rumah sakit. Ku menangis
ingin menyusul ke semarang,tapi
bapak dan ibu berkata kau urusi saja pelajaranmu, ibumu sudah kutemani. Ku pasrah,ku
terima,ku curhat ke nenek tentang tadi, alhamdulillah, nenek yang suka
bercerita masa lalu menghiburku tanpa lelah. Ku di hidangi cerita zaman
paceklik sandang,pangan, dan panggonan masa jepang. Ku menangis lagi. Aku cengeng
memang orangnya ketika mendengar cerita perjuangan tersebut,tapi malah kita
sekarang mendurhakainya dengan enak-enakan waktu kuliah dengan mbolosnya. Akankah
kita terus mendurhakainya ?